Rokan Hulu (Inforohul) – Kasus perundungan atau bullying di kalangan anak-anak kembali menjadi perhatian serius masyarakat Riau. Fenomena ini semakin memprihatinkan setelah seorang siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Pekanbaru dilaporkan meninggal dunia diduga akibat menjadi korban bullying oleh teman sekolahnya.
Menanggapi meningkatnya kejadian tersebut, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Rumpun Masyarakat Riau Bersatu (RMRB) Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) mengajak masyarakat untuk bersama-sama mencegah tindakan perundungan melalui kegiatan positif, salah satunya dengan menghidupkan kembali tradisi magrib mengaji baik di rumah maupun di masjid.
Ketua DPC RMRB Rohul, Achiruddin SPsi, menjelaskan bahwa magrib mengaji bukan hanya sekadar membaca Al-Qur’an setelah salat Magrib, namun juga menjadi media penguatan akhlak dan karakter anak sesuai ajaran Islam.
“Magrib mengaji dapat meningkatkan pemahaman dan kecintaan terhadap Al-Qur’an serta memperkuat nilai akhlak. Anak yang dibimbing dengan akhlak Islam akan lebih mudah terhindar dari perilaku perundungan,” ujar Achiruddin, Kamis (27/11/25) saat ditemui di Kantor PAC RMRB Ujung Batu.
Ia menambahkan bahwa berbagai jenis perundungan dapat terjadi, mulai dari perundungan fisik, verbal, sosial, hingga cyberbullying. Semua bentuk bullying tersebut memiliki dampak serius terhadap mental dan perkembangan anak.
“Korban bullying biasanya menunjukkan ciri-ciri seperti murung, mengasingkan diri, enggan bergaul, memiliki memar atau luka, dan mengalami trauma,” jelas Achiruddin yang juga mahasiswa Magister Psikologi Universitas Medan Area.
Menurutnya, salah satu langkah paling penting dalam mencegah bullying adalah keterlibatan orang tua dalam aktivitas anak. Tradisi magrib mengaji dinilai dapat mempererat hubungan emosional antara orang tua dan anak sehingga komunikasi terjalin lebih baik.
“Dengan magrib mengaji, hubungan orang tua dan anak menjadi lebih dekat. Dari kedekatan itu, orang tua bisa membimbing anak memahami perilaku yang tidak boleh dilakukan serta menanamkan akhlak mulia,” tambahnya.
Achiruddin berharap gerakan ini dapat kembali dihidupkan di tengah masyarakat Rohul sebagai ikhtiar menciptakan generasi yang berakhlak baik dan terhindar dari tindak kekerasan maupun perundungan.
“Kami berharap magrib mengaji di rumah atau di masjid bisa menjadi kebiasaan yang memperkuat karakter anak dan mencegah mereka terlibat dalam tindakan perundungan,” tutupnya.***(Surya)










