Yoga Aditya Pratama: Santri, Juara Berkuda, Prajurit Bangsa

Dari Santri Jadi Abdi Negara: Kisah Inspiratif Yoga Aditya Pratama

Lahir di Bayas, Inhil, pada 18 Februari 2005, Yoga Aditya Pratama tumbuh sebagai anak kampung sederhana dengan cita-cita besar. Sejak kecil ia sudah ditempa dengan kehidupan pesantren. Selama 6 tahun menimba ilmu di Pondok Pesantren Khairul Ummah, Airmolek, Inhu—3 tahun di MTs dan 3 tahun di MA—Yoga dikenal sebagai santri yang tekun, disiplin, dan penuh semangat.

Tamat tahun 2022, ia tidak langsung pulang ke kampung. Yoga memilih jalan pengabdian: bergabung dengan tim berkuda yang dibina pesantren. Dari situlah kisahnya berawal. Kuda, peluh, disiplin, dan doa, menempa dirinya menjadi pribadi tangguh. Prestasi pun hadir satu demi satu:

  • Juara 1 Open Provinsi RLA Festival Vol. 1
  • Juara 2 Open Provinsi Jambi
  • Dan sederet gelar lainnya yang mengharumkan nama pesantren dan Riau.

Hingga akhirnya pada Agustus 2025, datang kabar gembira: rekrutmen TNI AD Kavaleri Berkuda di Padang Panjang. Yoga, dengan keyakinan penuh, mendaftar melalui jalur prestasi. Semua kerja kerasnya selama ini terbayar, ia lolos murni 100% berkat prestasi berkuda. Pada 26 September 2025, Yoga resmi dilantik menjadi prajurit TNI AD Kavaleri Berkuda—sebuah pencapaian luar biasa, dari santri hingga menjadi abdi negara.

Kisah Yoga adalah bukti nyata bagaimana pesantren tidak hanya melahirkan ahli ilmu agama, tetapi juga kader bangsa yang siap mengabdi.

KH Muhammad Mursyid, M.Pd. (DPD RI) memberi komentar:
“Ini buah dari keseriusan kita membina santri bukan hanya di bidang ilmu agama, tapi juga di olahraga sunnah. Yoga adalah contoh nyata, bahwa santri bisa tampil di panggung nasional, bahkan mengabdi untuk negara. InsyaAllah ini langkah awal lahirnya banyak Yoga-Yoga baru dari Riau.”

Pelatih berkuda Azzam Azfairy, yang dengan gigih melatih santri sejak awal, berkata dengan mata berkaca:
“Saya melihat Yoga dari nol, jatuh bangun di lapangan, berlatih setiap hari dengan sabar. Saya bangga sekali, karena hari ini ia membuktikan bahwa kerja keras, doa, dan disiplin tidak pernah mengkhianati hasil. Santri bisa, bahkan lebih tangguh.”

Coach Aldo, yang membina langsung jalannya pelatihan, juga menegaskan:
“Kita yakin santri-santri berkuda Riau akan terus berjaya. Yoga hanyalah pintu pembuka. Masih banyak talenta yang siap membawa nama daerah dan bangsa.”

Sementara itu, Ust. Dr. Andi Sidomulyo, pembina KONI Rohul sekaligus pendiri Pesantren Sa’ad bin Abi Waqqash, menambahkan dengan penuh semangat:
“Kabar ini harus sampai ke masyarakat luas. Santri bukan sekadar bisa baca kitab, tapi juga bisa jadi juara, jadi tentara, jadi kebanggaan bangsa. Semoga pemerintah daerah, gubernur, Dispora, KONI, dan komisi pendidikan provinsi lebih serius memberi perhatian pada pembinaan olahraga sunnah ini.”

Kisah Yoga Aditya Pratama adalah simbol bahwa mimpi santri tidak berhenti di pesantren. Ia adalah bukti bahwa dengan doa orang tua, bimbingan guru, kerja keras, dan ketekunan, seorang anak desa bisa berdiri tegak sebagai abdi negara.

Hari ini, Yoga tidak hanya membawa nama dirinya, tapi juga mengangkat nama Pondok Pesantren Khairul Ummah, pelatihnya, dan seluruh santri Riau. Semangatnya menjadi inspirasi bahwa olahraga sunnah bukan sekadar hobi, tapi jalan mulia menuju prestasi, pengabdian, dan syiar Islam.

Semangat berkuda. Semangat mensyiarkan olahraga sunnah. Dari santri, untuk bangsa.




Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *